Garut (Marantha arundinacea) merupakan pangan lokal yang potensial untuk dikembangan sebagai usaha agribisnis. Tanaman garut merupakan jenis tanaman yang toleran terhadap lingkungan, misalnya tumbuh baik di lahan yang ternaungi. Garut selain sebagai sumber karbohidrat, juga sebagai tanaman biofarmaka karena kandungan indeks glisemik yang rendah, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita diabetes/penyakit kencing manis.
Garut (Marantha arundinacea) merupakan pangan lokal yang potensial untuk dikembangan sebagai usaha agribisnis. Tanaman garut merupakan jenis tanaman yang toleran terhadap lingkungan, misalnya tumbuh baik di lahan yang ternaungi. Garut selain sebagai sumber karbohidrat, juga sebagai tanaman biofarmaka karena kandungan indeks glisemik yang rendah, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita diabetes/penyakit kencing manis.
Umbi tanaman garut adalah sumber karbohidrat yang memiliki kandungan indeks glisemik rendah dibanding jenis umbi-umbian yang lain, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk penderita diabetes atau penyakit kencing manis. Tanaman garut dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Indonesia, dapat tumbuh dengan baik pada lahan ternaungi sehingga gampang dibudidayakan dan dipelihara. Budidaya secara intensif dapat menghasilkan rata-rata 21 ton umbi /ha. Harga umbi basah Rp.1.000 – Rp1.500/kg. agaknya cukup potensial untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Umbi garut cocok untuk pengembangan agribisnis pedesaan,
Dalam rangka optimalisasi lahan dan pemeberdayaan petani, Prima Tani di Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, pengembangan komoditas garut menjadi program utama. Diharapkan program Garutisasi menjadi salah satu pengungkit pengembangan wilayah Desa Semin. Potensi lahan pekarangan wilayah tersebut yaitu 256,7 ha yang dapat diusahakan untuk tanaman garut sekitar 10 %, dengan tingkat produktivitas 21 ton/ha maka produksi garut mencapai + 539 ton/tahun. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut, maka dengan sentuhan teknologi sederhana garut diolah menjadi emping garut, sehingga menjadi produk makanan yang digemari oleh konsumen dan menjadi makanan alternatif pengganti emping mlinjo yang saat ini mulai menurun dengan alasan kesehatan
PROSES PRODUKSI
Pembuatan emping garut diawali dengan pemilihan umbi garut yang baik.Biasanya dengan memilih umbi garut yang berdiameter 2-3 cm. Proses selanjutnya adalh pengupasan dan pencucian umbi garut. umbi yang sudah dikupas kulitnya dan dicuci kemudian dipotong-potong dengan ketebalan sekitar 1 cm.
Langkah selanjutnya adalah dengan merebus irisan garut dan dengan menambahkan bumbu 1,5% garam dan 2% bawang putih. proses perebusan ini memakan waktu antara 30-45 menit. setelah masak rebusan garut kemudian ditiriskan.Proses selanjutnya adalah mencetak dengan cara memipihkan diatas lembaran plastik seperti pada pembuatan emping melinjo.proses terakhir adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. setelah kering emping garut dikemas dan siap untuk dipasarkan.
Selain dijadikan emping garut, hasil produksi garut adalah tepung garut. Biasanya tepung garut ini digunakan perusahaan untuk bahan baku pembuatan mie putih, pengganti atau tambahan tepung terigu untuk pembuatan roti, bahan kosmetik untuk kecantikan.
DAMPAK PENGKAJIAN
Teknologi pembuatan emping garut berdampak positif bagi masyarakat tani. Pemanfaatan umbi garut untuk emping memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Harga umbi basah Rp.1.000-1.500/kg. Kebutuhan umbi basah per 1 kg emping adalah 5kg, dengan demikian sangat cocok dikembangkan sebagai agroindustri rumahtangga sebagai upaya pemberdayaan rumahtangga tani. Kapasitas kerja per hari setiap anggota kelompok tani 15-20 kg umbi basah, emping yang dihasilkan 3-4 kg. Nilai jual emping Rp.13.000-15.000,00/kg.Apabila dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp.10.000,00 maka diperoleh pendapatan bersih tiap rumahtangga per hari sebesar Rp. 30.000,00. Hal ini dirasakan petani sangat menguntungkan daripada harus bekerja sebagai buruh bangunan atau pekerjaan lainnya.
PELUANG PASAR
Peluang pasar masih sangat terbuka, hal ini terlihat dengan permintaan produk yang sangat besar sehingga petani kadang-kadang merasa kewalahan menerima pesanan. Pemasaran emping garut saat ini selain untuk memenuhi permintaan lokal, permintaan datang dari Solo, Jakarta, Surabaya, bahkan sampai Kalimantan dan Sulawesi.
KESIMPULAN
Pemanfaatan umbi garut beserta produk olahannya dirasa sangat membantu untuk penduduk yang berada pada daerah pegunungan dan kering. Penggalian potensi daerah-daerah pegunungan dan kering dirasa sangat perlu mengingat daerah-daerah tersebut umumnya tidak produktif sehingga banyaknya warga yang eksodus keluar daerah untuk mencari pekerjaan.
Seperti misalnya Kabupaten Sragen Lokasi tanaman Garut berada di Kecamatan Gesi, Mondokan, Sukodono dan Miri dengan luas areal potensional 7.828 ha. Bahkan salah satu sentra penghasil emping garut di daerah gesi sudah mendapatkan sertifikasi dari Sucofindo. Masih banyak daerah -daerah yang semisal Sragen dan Gunung Kidul yang masih menyimpan potensi besar untuk mengembangkan tanaman garut. Dengan potensi pendapatan Rp. 30.000/hari menjadikan alternatif petani untuk mendapatkan penghasilan tanpa harus eksodus keluar daerah. Hal ini akan memudahkan Pemerintah daerah untuk pemeratakan tingkat perekonomian tidak hanya untuk daerah dataran rendah dan subur saja.
(sumber gambar : www.kawruhjawi.wordpress.com)
sumber artikel: http://bisnisukm.com/emping-garut-alternatif-makanan-sehat.html
0 Komentar
Penulisan markup di komentar